ETIKA BISNIS SYARIAH
ETIKA BISNIS
SYARIAH
A.
Pengertian Etika dan Bisnis
Etika adalah sebuah ilmu yang mempelajari bagaimana
berperilaku jujur, benar dan adil. Etika merupakan cabang ilmu filsafat,
mempelajari perilaku moral dan immoral, membuat pertimbangan matang yang patut
dilakukan oleh seseorang kepada orang lain atau kelompok tertentu. Etika
dikategorikan sebagai filsafat moral atau etika normatif.
Etika adalah suatu perilaku normatif. Etika normatif
mengajarkan segala sesuatu yang sebenarnya benar menurut hokum dan moralitas.
Etika mengajarkan sesuatu yang salah adalah salah yang benar adalah benar.
Sesuatu yang benar tidak dapat dikatakan salah dan sebaliknya.
Sedangkan bisnis sendiri yaitu sebuah aktivitas yang
mengarah pada peningkatan nilai tambah melalui proses penyerahan jasa,
perdagangan atau pengolahan barang (produksi). Menurut Richard De George etika
bisnis merupakan alat bagi para pelaku bisnis untuk menjalankan bisnis mereka
dengan lebih bertanggung jawab secara moral. Para pemilik perusahaan
mengharapkan bahkan menuntut para karyawannya bekerja dengan baik sesuai dengan
perjanjian kerja yang telah disepakati, agar tidak merugikan perusahaan. Para
pemilik perusahaan juga mengharapkan agar relasi bisnis mereka tidak menipu dan
bekerja sesuai dengan perjanjian kerjasama yang telah disepakati.
Dengan demikian etika bisnis adalah norma norma atau
kaidah etik yang dianut oleh bisnis, baik sebagai institusi atau organisasi,
maupun dalam interaksi bisnisnya dengan “stakeholders”nya.
Etika bisnis merupakan etika terapan, etika bisnis juga
merupakan aplikasi pemahaman kita tentang apa yang baik dan benar yang beragam
institusi, teknologi, transaksi, aktivitas dan usaha yang kita sebut bisnis.
Bisnis dalam islam memposisikan pengertian bisnis yang pada hakikatnya
merupakan usaha manusia untuk mencari keridhaan Allah SWT. Bisnis tidak
bertujuan jangka pendek, sekaligus jangka panjang, yaitu tanggung jawabpribadi
dan social di hadap masyarakat, Negara dan Allah SWT.
B. Fungsi Etika Dalam Bisnis
1. Dapat mengurangi dana yang diakibatkan dari pencegahan
yang kemungkinan terjadi friksi atau perpecahan, baik dari intern perusahaan
itu sendiri maupun ekstern
2. Membangkitkan motivasi pekerja agar terus meningkat,
melindungi prinsip dalam kebebasan berdagang atau berniaga, serta dapat
menciptakan keunggulan dalam bersaing.
3.
Melakukan perubahan kesadaran masyarakat tentang bisnis dengan memberikan
suatu pemahaman atau cara pandang baru, yakni bahwa bisnis tidak terpisah dari
etika.
C. Peranan Etika Dalam Bisnis
Etika bisnis
dalam perusahaan mempunyai peran penting, yaitu untuk membentuk suatu
perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi serta mempunyai
kemampuan menciptakan nilai (value-creation) yang tinggi, diperlukan suatu
landasan yang kokoh. Peranan Etika dalam Bisnis menurut Richard De George, bila
perusahaan ingin sukses atau berhasil memerlukan 3 hal pokok yaitu :
1.
Produk yang baik
2. Managemen yang baik
3.
Memiliki Etika
Biasanya
dimulai dari perencanaan strategis, organisasi yang baik, sistem prosedur yang
transparan didukung oleh budaya perusahaan yang handal serta etika perusahaan
yang dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen.
Etika bisnis
memang memiliki peranan penting dalam keberhasilan ataupun kegagalan sebuah
usaha. Etika bisnis sangat berpengaruh besar dalam hasil suatu usaha tingkah
wirausaha yang baik akan menentukan suatu usahanya tersebut dapat kearah yang
berhasil atau gagal.
Biasanya
dimulai dari perencanaan strategis, organisasi yang baik, system prosedur yang
transparan didukung oleh budaya perusahaan yang handal serta etika perusahaan
yang dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen. Karena itu, tindakan
perusahaan berasal dari pilihan dan tindakan individu manusia,
individu-individulah yang harus dipandang sebagai penjaga utama kewajiban moral
dan tanggung jawab moral. Individu manusia bertanggung jawab atas apa yang
dilakukan perusahaan karena tindakan perusahaan secara keseluruhan mengalir
dari pilihan dan perilaku mereka.
Jika perusahaan bertindak keliru, kekeliruan
itu disebabkan oleh pilihan tindakan yang dilakukan oleh individu dalam
perusahaan itu, jika perusahaan bertindak secara moral, hal itu disebabkan oleh
pilihan individu dalam perusahaan bertindak secara bermoral. Etika bisnis
mempunyai prinsip dalam kaitan ini berhubungan dengan berbagai upaya untuk
menggabungkan berbagai nilai-nilai dasar (basic values) dalam perusahaan, agar
berbagai aktivitas yang dilaksanakan dapat mencapai tujuan.
D. Pengertian Etika Bisnis Menurut Hans Kung
·
Etika Global Menurut Hans Küng Ditinjau dari Perspektif Kaidah Kencana
Yesus
Berbagai
realita ekonomi, budaya, dan kondisi masyarakat sedang mengalami kemerosotan.
Konflik antar etnis, kekerasan antar agama, kemiskinan, dan pemanasan global
menjadi kenyataan yang dihadapi dunia saat ini. Apabila situasi semacam ini
terus berlangsung, maka kedamaian di dunia akan punah bersamaan dengan
berkembangan kebebasan dan kekuasaan tanpa batas oleh pihak-pihak tertentu.
Berangkat dari realita ini, manusia berusaha untuk memperbaiki dan bahkan
mencegah terjadinya kehancuran peradaban.
Manusia
mencoba untuk membentuk ide yang dapat menjadi landasan berperilaku dan
berinteraksi dalam kelompok masyarakat. Dalam konteks inilah, etika menjadi
jawaban bagi kebutuhan manusia. Etika Global menurut Hans Küng merupakan salah
satu landasan etis yang dapat diterapkan dalam ruang gerak manusia di dunia.
Etika Global mengusung nilai-nilai kemanusiaan yang utuh, komitmen kepada
kehidupan, anti kekerasan, tata ekonomi yang adil, budaya toleransi, dan kerja
sama antara laki-laki dengan perempuan.
Etika Global
dapat menjadi langkah awal bagi suatu komunitas untuk menciptakan budaya global
yang positif, membangun serta memberdayakan masyarakat. Kerja sama untuk
mewujudkan tatanan global yang lebih bernilai kemanusiaan harus dilaksanakan
berdasarkan komitmen terhadap konsesus yang ada. Etika Global mencirikan
minimal etik yang dapat diterima bagi semua agama. Etika Global juga mengangkat
kaidah kencana yang terdapat pada masing-masing agama di dunia untuk
membuktikan bahwa tidak ada perdamaian dunia tanpa perdamaian antar agama.
Kaidah Kencana Yesus (Lukas 6:31) adalah salah satu tradisi keagamaan yang
dicantumkan dalam Etika Global. Penulis memakai Kaidah Kencana Yesus untuk
meninjau konsep Etika Global Hans Küng. Perbedaan konteks dan motivasi kedua
etika ini sangat signifikan. Kaidah Kencana Yesus berada pada situasi sosial
Palestina di bawah penjajahan Roma dan budaya Yahudi. Sedangkan, Etika Global
Hans Küng berangkat dari kondisi dunia yang berada pada tatanan global namun
tetap memiliki banyak cabang budaya. Kaidah Kencana Yesus juga erat kaitannya
dengan konsep Kerajaan Allah, sementara itu Etika Global Küng tidak
mencantumkan konsep ke-Tuhan-an di dalam esensinya.
Walaupun
demikian, penulis menemukan bahwa meskipun Etika Global Hans Küng dan Kaidah Kencana
Yesus memiliki persamaan yang substansial. Kedua konsep etika ini mengkritik
ketidak-adilan, menentang budaya yang menindas nilai-nilai kemanusiaan, dan
mengajak manusia untuk membangun keadilan, solidaritas, serta perdamaian bagi
sesama manusia dan ciptaan Tuhan. Hubungan di antara ke dua konsep etika ini
menjadi saling terkait dan melengkapi. Dengan demikian, komunitas beragama,
terkhususnya umat Kristen yang mengenal ajaran Yesus Kristus, termasuk Kaidah
Kencana seharusnya dapat mempraktikan Etika Global. Jika masing-masing pemeluk
agama menemukan terang Etika Global dalam tiap ajaran agamanya, maka tidak
mungkin bahwa Etika Global menjadi gaya hidup yang terus diduplikasi demi
terciptanya perdamaian dunia.
E. Pengertian Etika Bisnis Menurut Yusuf Qardhawi
Etika bisnis yang dikemukakan oleh Yusuf Al Qaradhawi meliputi 3 bidang :
- · Dalam bidang produksi, seorang hendaknya bekerja pada bidang yang dihalalkan, tidak melampaui hal yang diharamkan oleh Allah, juga memelihara sumber daya alam agar tetap terjaga keberlangsungannya.
- · Dalam bidang konsumsi, seorang muslim harus membelanjakan harta pada hal-hal yang baik, tidak bakhik serta tidak kikir. Seorang muslim juga hendaknya hidup sederhana dan menghindari kemubaziran.
- · Dalam mendistribusikan hasil produksi hendaknya seorang muslim melandaskan kegiatannya pada nilai kebebasan yang dibingkai dalam nilai keadilan.
- Mewujudkan bisnis yang beretika berarti menjalankan suatu usaha atau pekerjaan yang dapat menghasilkan keuntungan sesuai dengan hukum yang telah ditetapkan oleh agama Islam.
Upaya tersebut dapat dilakukan dengan cara :
Melakukan suatu rekonstruksi kesadaran baru tentang bisnis. Diperlukan suatu cara pandang baru dalam melakukan kajian-kajian keilmuan tentang bisnis dan ekonomi yang lebih berpijak pada paradigma pendekatan normatif sekaligus empirik induktif yang mengedepankan penggalian dan pengembangan nilai-nilai, agar dapat mengatasi perubahan dan pergeseran zaman yang semakin cepat.
F. Perbedaan Etika Bisnis Protestan dan Syariah
1.
Etika Bisnis Protestan
Etik
protestan dan semangat kapitalisme atau dalam bahasa inggris “the protestant
ethic, and spirit of capitalism” karya max weber. Buku yang merupakan tesis
webber ini memulai semuanya dari rasa penasaran mengenai kedadaan ekonomi yang
terjadi di Negara-negara eropa seperti inggris, jerman dan prancis berbeda
dengan keadaan ekonomi di Negara eropa barat lainnya, yang menjurus pada
kapitalisme.
Didalam
bukunya webber membandingkan katolik dengan protestan dia memnemukan perbedaan
kenyakinan mengenai aspek ekonomi dalam dua agama yang tadinya adalah satu ini,
dalam sebuah kasus ditemukan dalam pembagian pekerjaan atau dalam memilih lapangaan pekerjaan. Kaum
katolik lebih cenderung memilih untuk tetap bekerja dengan karya tangan mereka.
Sedangkan kaum protestan lebih memilih untuk posisi atas sebagai tenaga ahli
dan pengisi bagian administrasi dalam sebuah pabrik dan pemilik pabrik itu
sendiri.
Webber
menemukan bahwa dalam permasalahan tenaga ahli kaum protestan lebih unggul
dibanding katolik. Kasus ini menurut webber dapat dijelaskan karena factor yang
jelas yaitu factor dari kekuatan mental dan spiritual kaum protestan yang
didapat dri lingkungan tempat tinggal dan lingkungan keagamaan mereka. kaum
protestan cenderung memiliki kemauan untuk menunjukan bahwa mereka yang
minoritas itu menunjukan yang lebih baik.sedangkan kaum katolik itu lebih
tenang, mereka kurang memiliki dorongan teman, mereka lebih memilih hidup
dengan kemungkinan aman besar.
2.
Etika Bisnis Syariah
Islam telah
mensyariatkan etika yang rapi dalam aktivitas bisnis. Etika bisnis akan membuat
masing-masing pihak merasa nyaman dan tenang, bukan saling mencurigai. Etika
bisnis dalam Islam telah dituangkan dalam hukum bisnis Islam yang biasa disebut
dengan muamalah. Aktivitas ekonomi yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
hidup manusia mempunyai aturan-aturan tertentu, sebut saja aturan dalam hal
jual beli (ba’iy), pinjam meminjam (ariyah), utang mengutang, berinvestasi
(mudharabah), kerjasama bisnis (musyarakah), menggunakan jaminan (rahn),
pengalihan utang (hiwalah) dan masih banyak jenis transaksi lainnya.
Demikian
juga perbuatan yang dilarangan dalam bisnis seperti praktik riba dengan segala
macam bentuknya, penipuan, ketidakjelasan (gharar), gambling (maysir) dan juga
monopoli (ihtikar). Dalam hal tawar menawar jual beli, betapa indahnya jika
dibungkus dengan etika bisnis. Jika seorang pedagang menjelaskan harga pokok
sebuah sepatu dengan harga tertentu dan mengambil keuntungan dengan bilangan
tertentu dengan mempertimbangkan biaya transportasi, sewa tempat dan
seterusnya, maka tidaklah mungkin pembeli merasa keberatan dengan harga yang
ditawarkan.
Dengan
demikian, tidak terjadi spekulasi antara penjual dengan pembeli dalam tawar
menawar, lebih dari itu terjadi hubungan persaudaraan yang indah antara penjual
dan pembeli, sebab keduanya saling membutuhkan dan merasa terbantu. Bukan
sebaliknya, terjadi kecurigaan dan bahkan tak jarang penipuan dalam rangka
mencari keuntungan dan kesempatan.
Betapa
indahnya cara Rasulullah Saw. menjajakan barang dagangannya dengan memilah
jenis barang berdasarkan kualitas dengan menetapkan harga sesuai dengan
kualitas barang. Tidak ada kualitas dan harga barang yang ditutupi Rasulullah
Saw. Semuanya berdasarkan harga yang wajar sesuai dengan kualitas barang yang
biasa kita sebut dengan product liability.
Rasulullah
selalu menunjukkan dan menjelaskan kualitas bahkan cacat sebuah barang yang
disesuaikan dengan harga. Maka, tak heran para pembeli merasa senang dan
nyaman, tak hanya itu barang dagangannya juga laku keras dan beliau meraup
untung yang berlipat dengan etika dagang yang agung.
Aktivitas
bisnis harus berorientasi dengan ibadah. Semua jenis transaksi dalam bisnis
hendaklah didasari oleh prinsip-prinsip yang menjadi dasar dan patokan. Salah
satu prinsip bisnis Islam adalah prinsip ilahiyah (prinsip ketuhanan). Prinsip
ini sangat penting dalam mewarnai prilaku pelaku bisnis. Dalam Islam, semua
aktivitas termasuk bisnis yang dilakukan bukan hanya pada dimensi duniawi yang
berarti berkaitan dengan untung rugi saja.
Namun, lebih
dari itu, hubungan bisnis dalam Islam adalah manifestasi dari ibadah kepada
Allah Swt. Sudah menjadi adagium umum di masyarakat, jika tidak bisa menipu
atau atau bermain “kotor” akan tersingkir dari dunia bisnis. Dengan kata lain,
seorang pebisnis tidak bisa “lepas” dari prilaku kotor, tipu muslihat dan
semacamnya, jika jujur maka akan terbujur.
Paradigma
seperti ini tampaknya sudah menjadi “kesepakatan” masyarakat kita. Memang harus
diakui karena bisnis berkaitan dengan uang maka peluang dan godaan untuk
melakukan penipuan dan kebohongan sangat terbuka lebar. Karenanya, Rasulullah
bersabda “pedagang yang jujur akan.
Dalam hal
ini, telah terjadi pemilahan orientasi seorang pedagang dengan membedakan
antara kehidupan dunia dengan akhirat. Kehidupan dunia harus dikejar dengan
cara-cara keduniaan, sedangkan kehidupan akhirat diperoleh dengan aktivitas
ibadah dalam arti sempit (shalat, puasa, zakat dan haji).
Padahal,
Islam tidak memandang aktivitas bisnis hanya dalam tataran kehidupan dunia,
sebab semua aktivitas dapat bernilai ibadah jika dilandasi dengan aturan-aturan
yang telah disyariatkan Allah. Dalam dimensi inilah konsep keseimbangan
kehidupan manusia terjadi, yakni menempatkan aktivitas keduniaan dan
keakhiratan dalam satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Etika bisnis
adalah tuntutan yang harus dilaksanakan oleh pelaku bisnis dalam menegakkan
konsep keseimbangan ekonomi. Jika saja pengambilan keuntungan berlipat-lipat
adalah sebuah kesepakatan pelaku ekonomi, bukankah hal ini menjadikan
supply-demand tidak seimbang, pasar bisa terdistorsi dan seterusnya
G. Langkah – langkah
Dalam Menciptakan Etika Bisnis
1.
Pengendalian Diri
Artinya,
pelaku-pelaku bisnis mampu mengendalikan diri mereka masing-masing untuk tidak
memperoleh apapun dari siapapun dan dalam bentuk apapun. Disamping itu, pelaku
bisnis sendiri tidak mendapatkan keuntungan dengan jalan main curang atau
memakan pihak lain dengan menggunakan keuntungan tersebut. Walau keuntungan
yang diperoleh merupakan hak bagi pelaku bisnis, tetapi penggunaannya juga
harus memerhatikan kondisi masyarakat sekitarnya. Inilah etika bisnis yang
"etik".
2.
Pengembangan Tanggung Jawab Sosial (Social Responsibility)
Pelaku
bisnis disini dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan hanya
dalam bentuk "uang" dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan
lebih kompleks lagi. Artinya sebagai contoh kesempatan yang dimiliki oleh
pelaku bisnis untuk menjual pada tingkat harga yang tinggi sewaktu terjadinya
excess demand harus menjadi perhatian dan kepedulian bagi pelaku bisnis dengan
tidak memanfaatkan kesempatan ini untuk meraup keuntungan yang berlipat ganda. Jadi,
dalam keadaan excess demand pelaku bisnis harus mampu mengembangkan dan
memanifestasikan sikap tanggung jawab terhadap masyarakat sekitarnya.
Tanggungjawab sosial bisa dalam bentuk kepedulian terhadap masyarakat di
sekitarnya, terutama dalam hal pendidikan, kesehatan, pemberian latihan
keterampilan dan lain-lain.
3.
Menciptakan Persaingan yang Sehat
Persaingan
dalam dunia bisnis perlu untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas, tetapi
persaingan tersebut tidak mematikan yang lemah, dan sebaliknya harus terdapat jalinan yang erat antara
pelaku bisnis besar dan golongan menengah kebawah, sehingga dengan
perkembangannya perusahaan besar mampu memberikan spread effect terhadap
perkembangan sekitarnya. Untuk itu dalam menciptakan persaingan perlu ada
kekuatan-kekuatan yang seimbang dalam dunia bisnis tersebut.
4.
Menerapkan Konsep “Pembangunan Berkelanjutan”
5. Dunia bisnis seharusnya tidak memikirkan keuntungan hanya
pada saat sekarang, tetapi perlu memikirkan bagaimana dengan keadaan dimasa
datang. Berdasarkan ini jelas pelaku bisnis dituntut tidak meng-“ekspoitasi”
lingkungan dan keadaan saat sekarang semaksimal mungkin tanpa mempertimbangkan lingkungan
dan keadaan dimasa datang walaupun saat sekarang merupakan kesempatan untuk
memperoleh keuntungan besar.
6.
Mampu Menyatakan yang Benar itu Benar
Artinya,
kalau pelaku bisnis itu memang tidak wajar untuk menerima kredit (sebagai
contoh) karena persyaratan tidak bisa dipenuhi, jangan menggunakan “katabelece”
dari “koneksi” serta melakukan “kongkalikong” dengan data yang salah. Juga
jangan memaksa diri untuk mengadakan “kolusi” serta memberikan “komisi” kepada
pihak yang terkait.
7.
Menumbuhkan Sikap Saling Percaya antar Golongan Pengusaha
Untuk
menciptakan kondisi bisnis yang “kondusif” harus ada sikap saling percaya
(trust) antara golongan pengusaha kuat dengan golongan pengusaha lemah,
sehingga pengusaha lemah mampu berkembang bersama dengan pengusaha lainnya yang
sudah besar dan mapan. Yang selama ini kepercayaan itu hanya ada antara pihak
golongan kuat, saat sekarang sudah waktunya memberikan kesempatan kepada pihak
menengah untuk berkembang dan berkiprah dalam dunia bisnis.
H. 4 Prinsip Dalam Ilmu
Ekonomi Islam Yang Mesti Diterapkan Dalam Bisnis Syariah
1.
Tauhid mengantarkan manusia pada pengakuan akan keesaan Allah selaku Tuhan
semesta alam. Dalam kandungannya meyakini bahwa segala sesuatu yang ada di ala
mini besumber dan dan berakhir kepada-Nya. Dilsh pemilik mutlak atas semua yang
di ciptakannya.
2.
Keseimbangan atau kesejajaran merupakan konsep yang menunjukan adanya
keadilan social. yakni manusia mempunyai sesuatu potensi dalam menentukan
pilihan-pilihan yang beragam, karena kebebasan manusia tidak terbatas.
3.
Kehendak bebas yakni manusia mempunyai sesuatu potensi dalam menentukan
pilihan-pilihan yang beragam, karena kebebasan manusia tidak terbatas.
4.
Dan tanggung jawab terkait erat dengan tanggung jawab manusia atas segala
aktifitas yang dilakukan kepada tuhan
dan juga tanggung jawab manusia kepada masyarakat. Karena manusia adalah
makhluk social yang saling membutuhkan, karena manusia bergantung. Maka dari
itu setiap perbuatan manusia baik atau buruknya harus di pertanggung jawabkan.
·
Kesimpulan
Di dalam
persaingan dunia usaha yang sangat ketat ini, etika bisnis merupakan sebuah
harga mati, yang tidak dapat ditawar lagi. Dalam zaman keterbukaan dan
luasnya informasi saat ini, baik-buruknya sebuah dunia usaha
dapat tersebar dengan cepat dan luas. Memposisikan karyawan, konsumen, pemasok,
pemodal dan masyarakat umum secara etis dan jujur adalah satu-satunya cara
supaya dapat bertahan di dalam dunia bisnis saat ini. Ketatnya persaingan
bisnis menyebabkan beberapa pelaku bisnisnya kurang memperhatikan etika dalam
bisnis.
Etika bisnis mempengaruhi tingkat kepercayaan atau trust dari masing-masing elemen dalam lingkaran bisnis. Pemasok (supplier),perusahaan, dan konsumen, adalah elemen yang saling mempengaruhi. Masing-masing elemen tersebut harus menjaga etika, sehingga kepercayaan yang menjadi prinsip kerja dapat terjaga dengan baik. Etika berbisnis ini bisa dilakukan dalam segala aspek. Saling menjaga kepercayaan dalam kerjasama akan berpengaruh besar terhadap reputasi perusahaan tersebut, baik dalam lingkup mikro maupun makro.
Komentar
Posting Komentar